Bhinneka Tunggal Ika, Pengertian, Fungsi, Makna dan Sejarah Lengkap

Bhinneka Tunggal Ika, Pengertian, Fungsi, Makna dan Sejarah Lengkap
Bhinneka Tunggal Ika, Pengertian, Fungsi, Makna dan Sejarah Lengkap

Bhinneka Tunggal Ika – Sebagai Warga Negara Kesatuan Repulik Indonesia harus mengetahui Pengertian, Fungsi dan Makna Serta Sejarahnya, Pembahasan bidang pendidikan kali ini akan mengulasnya, simak sampai habis ya !

Pengertian Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia, yang berasal dari bahasa Jawa kuno yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu”.

Satu kata pada satu waktu: Bhinneka, yang berarti keragaman, berasal dari kata Sansekerta neka atau macam. kata tunggal berarti satu dan ika berarti ini.

Secara harfiah berarti beragam, yang berarti meskipun bangsa Indonesia beragam, namun tetap satu.

Semboyan ini menggambarkan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, bahasa, ras dan agama, namun tetap bersatu dan utuh dalam persaudaraan berbangsa dan bernegara.

Fungsi Bhinnek Tunggal Ika

Fungsi dalam negara dan masyarakat luas, yaitu.

  • Menciptakan dan menjaga persatuan dan kesatuan Republik Indonesia.
  • Membangun kehidupan berbangsa yang toleran.
  • Sebagai panduan untuk peraturan dan kebijakan pemerintah.
  • Untuk membantu mewujudkan cita-cita para pendahulu bangsa.
  • Untuk memperkuat perdamaian di Indonesia.

Pentingnya Bhinnek Tunggal Ika

Slogan ini memiliki arti penting dan berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa. Sesuai dengan maknanya, yang berbeda namun tetap satu, kata ini sesuai dengan situasi di Indonesia.

Indonesia memiliki banyak pulau yang terpisah-pisah dengan warga negara yang terdiri dari berbagai agama, ras, suku, dan bahasa, namun tetap bersatu dalam satu kesatuan.

Sejarah Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika adalah karya sastra religius Jawa kuno atau Kakawin Sutasomo, yang ditulis oleh Mpu Tantular di kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Raja Prabu Rajasanagara atau yang dikenal dengan nama Hayam Wuruk pada sekitar abad ke-14.

Istilah ini pertama kali muncul dalam literatur sebagai bentuk toleransi dari Mpu Tantular yang hidup di kerajaan Hindu-Syiah Majapahit.

Kerajaan Majapahit saat itu dikenal dengan keragaman kepercayaan dan orientasi candi. Masyarakat Majapahit tidak hanya mempraktikkan agama Hindu dan Budha, tetapi juga memuja roh leluhur Irawan Joko Nugroho dalam bukunya “Meluruskan Sejarah Majapahit” berpendapat bahwa Mpu Tantular adalah seorang yang terbuka terhadap agama lain, terutama Hindu dan Shivaisme. Dia adalah seorang pria yang memiliki pandangan yang luas tentang nilai-nilai agama.

Hal ini terlihat jelas dalam karya agungnya Kakawin Sutasomo dan karya lainnya Kakawin Arjunavya. Slogan ini merupakan hasil dari pemikiran cerdas Mpu Tantular, yang secara efektif menyatukan kerajaan Majapahit di nusantara pada saat itu.

Slogan Bhinneka Tunggal Ika pada lambang Pancasila, yang dirancang oleh Sultan Hamid II (1913-1978), pertama kali digunakan secara resmi pada tanggal 11 Februari 1950 dalam sebuah pertemuan pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS).

Yang pertama kali mengusulkannya kepada Presiden Sukarno sebagai motto Republik Indonesia adalah Muhammad Jamin. Ia berpendapat bahwa kutipan dari karya Mp Tantulala tersebut sangat sesuai dengan makna kehidupan pada masa itu, tidak hanya dalam hal perbedaan keyakinan, namun juga perbedaan ideologi, etnis, ras, kelas dan bangsa.

Sebelumnya, ketika Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) mengadakan pertemuan pada bulan Mei dan Juni 1945, Muhammad Jamin beberapa kali merujuk pada putusan Bhinnek Tunggal Ika.

Muhammad Jamín dikenal sebagai seorang ahli bahasa dan kajian budaya yang sangat tertarik dengan isu Madjapur.

Bahkan Gusti Bagus Suvira, Bupati Buleleng, mengaitkan pandangan Muhammad Yameen dengan Bhinnek Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa, yang berarti ia tidak mungkin salah.

Bhinnek Tunggal Ika sebagai Samboyan

Tan Hana Dharma Mangrwa akhirnya menjadi motto Institut Nasional untuk Pembangunan Berkelanjutan dan Bhinnek Tunggal Ika menjadi motto negara Indonesia.

Namun, sebelum diusulkan sebagai semboyan nasional, Bhinneka Tunggal Ika telah dipelajari oleh Profesor Korf pada tahun 1888 dan disimpan di perpustakaan di Leiden, Belanda.

Tidak semua orang tahu kapan sebuah negara membutuhkan sesuatu seperti identitas nasional. Ternyata moto nasional telah ada selama berabad-abad dan merupakan hasil pemikiran intelektual yang hebat. Selain itu, telah melalui perjalanan panjang untuk diakui sebagai moto bangsa Indonesia.

Bhinneka Tunggal Ika dalam maknanya berarti bahwa bangsa Indonesia mencintai, menghargai, dan mengakui keberagaman. Keragaman ini bukanlah penyebab kehancuran, ketegangan atau perpecahan, tetapi merupakan sarana untuk menyatukan bangsa.

Kesimpulan & Penutup

Ini adalah artikel tentang Bhinneka Tunggal Ika. Saya harap artikel ini dapat membantu pembaca skda.co.id untuk memahami bahwa kita harus menjaga keutuhan bangsa dari ancaman dari luar dan dalam negeri, dan bahwa kedaulatan bangsa dapat dipertahankan jika bersatu.