Begini Aturan Terkait Penulisan Kata Ulang pada Judul Buku

Penulisan kata ulang dalam judul buku. Memperbaiki buku yang telah disusun membutuhkan pemahaman yang baik tentang penulisan kata ulang dalam judul buku tersebut. Terutama bagi kamu yang secara kebetulan telah menambahkan kata ulang dalam judul yang dibuat. Kata ulang adalah jenis kata yang diulang, artinya disebutkan dua kali.

Kata ulang secara khusus dapat digunakan untuk menyebutkan objek atau hal yang memiliki bentuk jamak atau lebih dari satu. Misalnya, kata “buku-buku” dalam kalimat “Rapikan dulu buku-buku ini.” Menunjukkan bahwa ada banyak buku yang perlu diatur.

Selain itu, kata ulang juga dapat memiliki bentuk aslinya sendiri, di mana objek atau istilah tersebut secara alami memiliki bentuk pengulangan. Misalnya, “kupu-kupu” adalah nama serangga bersayap yang mengalami metamorfosis dari ulat. Namun, pada dasarnya kata-kata seperti ini tidak lagi dianggap sebagai kata ulang.

Menariknya, ketika kata ulang seperti “buku-buku” muncul dalam judul buku, ada aturan penulisan yang harus diikuti. Apa aturannya? Apakah penulisan kata ulang dalam judul buku yang telah kamu buat selama ini sudah sesuai dengan aturan yang berlaku? Temukan penjelasannya pada artikel pendidikan di bawah ini.

Sekilas Tentang Kata Ulang

Agar pemahaman mengenai kata ulang dan penulisannya dalam judul menjadi lebih mendalam, kita perlu terlebih dahulu memahami apa itu kata ulang. Kata ulang merujuk pada kata yang mengalami pengulangan, sesuai dengan namanya, kata tersebut diulang dua kali.

Kata ulang memiliki beberapa jenis yang mempengaruhi bentuk dan makna kata tersebut. Jenis kata ulang ini meliputi kata yang merujuk pada benda, definisi benda, definisi suatu hal, dan lain-lain. Jenis-jenis kata ulang ini dibagi berdasarkan kategori tertentu. Berikut adalah rincian lebih lanjut:

1. Berdasarkan Bentuk

Terdapat lima jenis kata ulang berdasarkan bentuk. Jenis-jenis tersebut adalah:

a. Dwilingga

Dwilingga merujuk pada kata ulang penuh yang mengulang satu kata secara lengkap. Contohnya adalah rumah-rumah, bunga-bunga, buku-buku, kursi-kursi, dan sebagainya.

b. Dwipurwa

Dwipurwa merupakan jenis kata ulang sebagian yang terlihat seperti satu kata tetapi sebenarnya merupakan kata ulang. Contohnya adalah lelaki, leluhur, tetangga, dan sejenisnya.

c. Dwilingga Salin Suara

Dwilingga Salin Suara adalah jenis kata ulang yang mengalami perubahan bunyi. Contohnya adalah bolak-balik, mondar-mandir, corat-coret, dan sejenisnya.

d. Dwiwasana

Dwiwasana merujuk pada kata ulang yang mengalami perubahan bentuk pada kata kedua. Contohnya adalah pertama-tama, sekali-kali, berkali-kali, berulang-ulang, dan sejenisnya.

e. Trilingga

Trilingga adalah jenis kata ulang yang terdiri dari tiga kata dan umumnya mengalami perubahan bentuk atau bunyi. Misalnya dag-dig-dug, dar-der-dor, cas-cis-cus, srak-srek-srok, dan sejenisnya.

2. Kata Ulang Berimbuhan

Jenis kedua adalah kata ulang berimbuhan, yang artinya salah satu kata dalam kata ulang tersebut memiliki tambahan imbuhan. Jenis ini terbagi menjadi tiga jenis, yaitu: kata ulang progresif, seperti pukul-pukulan dan tarik-tarikan; kata ulang regresif, yang merupakan kebalikan dari kata ulang progresif dan biasanya menggunakan imbuhan me-, misalnya tarik-menarik, pukul-memukul, dan sejenisnya; kata ulang semu, yang merupakan kata ulang secara keseluruhan dan tidak bisa dipisahkan, contohnya kupu-kupu, pura-pura, laba-laba, dan sejenisnya.

3. Kata Ulang yang Merubah Makna

Jenis ketiga adalah kata ulang yang dapat mengubah atau membentuk makna. Jenis ini terbagi lagi menjadi beberapa, yaitu: kata ulang dengan makna yang mirip atau serupa, misalnya kemerah-merahan dan kekuning-kuningan; kata ulang dengan makna saling, seperti tolong-menolong dan tukar-menukar; kata ulang dengan makna intensitas, contohnya bertahun-tahun, berkali-kali, dan sejenisnya; kata ulang dengan makna jamak atau mengacu pada banyak benda, seperti mobil-mobil, buah-buahan, dan sejenisnya.

Cara Penulisan Judul Buku yang Baik dan Benar

Melalui penjelasan sebelumnya, dapat dipahami bahwa terdapat berbagai jenis kata ulang yang menarik. Saat mempelajari aturan penulisan kata ulang dalam judul buku atau jenis tulisan lainnya, penting untuk memahami jenis-jenis kata ulang itu sendiri.

Rekomendasi  Soal Bahasa Indonesia Kelas 1 SD dan Kunci Jawabannya

Untuk memahami aturan penulisan kata ulang dalam judul buku maupun jenis tulisan lainnya dengan lebih baik dan menghindari kebingungan, penting juga untuk memahami aturan penulisan judul secara umum. Hal ini akan memberikan pemahaman mengapa terdapat aturan yang mengatur penulisan kata ulang dalam judul. Aturan umum tersebut adalah sebagai berikut:

1. Setiap Huruf Awal Ditulis dengan Huruf Kapital

Aturan umum pertama dalam penulisan judul adalah menggunakan huruf kapital untuk huruf pertama setiap kata. Dengan demikian, penulisan judul identik dengan penggunaan huruf kapital, namun hanya pada huruf pertama setiap kata tertentu.

Sementara itu, huruf-huruf lainnya ditulis dengan huruf kecil. Oleh karena itu, tidak tepat jika menulis judul dengan huruf kapital untuk semua kata atau huruf kecil untuk semua kata. Aturan ini berlaku untuk semua jenis karya tulis, baik ilmiah maupun non ilmiah. Namun, untuk karya ilmiah, terdapat penyesuaian sesuai dengan ketentuan internal.

Sebagai contoh, beberapa perguruan tinggi menetapkan bahwa judul skripsi harus ditulis dengan huruf kapital secara keseluruhan. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa, tentunya harus mengikuti ketentuan internal tersebut.

Di luar ketentuan tersebut, penulisan judul harus disesuaikan dengan aturan yang berlaku, yaitu berdasarkan EYD (Ejaan yang Disempurnakan). Namun, aturan penulisan kata ulang dalam judul buku tentunya sedikit berbeda dari aturan umum ini, yang akan dijelaskan lebih lanjut di bawah.

2. Huruf Kecil untuk Konjungsi, Preposisi, dan Interjeksi

Aturan selanjutnya terkait dengan beberapa jenis kata, yaitu konjungsi, preposisi, dan interjeksi. Ketika kata-kata ini digunakan dalam penulisan judul buku, mereka ditulis dengan huruf kecil. Oleh karena itu, baik huruf pertama maupun huruf-huruf selanjutnya menggunakan huruf kecil. Berikut ini adalah detailnya:

a. Preposisi

Preposisi adalah kata depan yang, ketika digunakan dalam pembuatan judul buku atau jenis tulisan lainnya, ditulis dengan huruf kecil secara keseluruhan. Contohnya adalah “dari,” “kepada,” “ke,” “dalam,” “daripada,” dan lain sebagainya. Berikut beberapa contoh penggunaan preposisi dalam judul: “Surat dari Praha,” “Tips Memasang Daging Lembut ala Chef Renata,” “Cinta Laila kepada Majnun.”

b. Konjungsi

Konjungsi adalah kata hubung, sehingga semua kata hubung yang dimasukkan dalam judul buku perlu ditulis dengan huruf kecil secara keseluruhan. Contohnya adalah kata “dan,” “atau,” “tetapi,” “supaya,” “pun,” “oleh,” dan lain sebagainya. Berikut beberapa contoh penggunaan konjungsi dalam judul: “Tips Merawat Kelinci supaya Sehat,” “Kiat Merebus Ketupat dan Lepet Hemat Gas,” “Strategi Digital Marketing untuk Pemula.”

c. Interjeksi

Selanjutnya adalah interjeksi, yaitu kata yang digunakan untuk mengungkapkan isi hati penulis. Biasanya, interjeksi tidak ditemukan dalam buku serius seperti buku ilmiah, tetapi lebih cocok digunakan dalam buku non ilmiah yang cocok dengan bentuk judul yang ekspresif.

Beberapa contoh kata yang termasuk dalam interjeksi adalah “Alhamdulilah,” “lho,” “yuk,” “amboi,” “duh,” “ah,” “ih,” dan lain sebagainya. Berikut ini contoh judul dengan penggunaan interjeksi di dalamnya: “duh! Suka Susah Tidur? Ini Tips Mengatasinya,” “Jalan-Jalan ke Malioboro, yuk!,” “Es Degan Bu Broto Super Enak, Cobain deh! Dijamin Ketagihan,” “Tampilan Casual Alyssa yang Mempesona, Wajib Ditiru lho!”

Penulisan Kata Ulang pada Judul Buku

Bagaimana dengan aturan dalam penulisan kata ulang pada judul buku? Dari aturan umum di atas, banyak orang beranggapan bahwa kata ulang pada judul harus ditulis dengan huruf kapital pada awal hurufnya.

Namun, ternyata hal ini tidak selalu benar. Pada beberapa jenis kata ulang, sebenarnya hanya huruf pertama kata pertama yang ditulis dengan huruf besar. Berikut penjelasan lengkapnya:

1. Kata Ulang Murni dan Semu

Kata ulang murni dan kata ulang semu merupakan jenis kata ulang di mana setiap katanya murni diulang. Dalam penulisan judul buku, huruf pertama setiap kata harus ditulis dengan huruf kapital.

Jadi, setiap kali menggunakan kata ulang yang tidak mengalami perubahan bentuk, huruf pertama kata tersebut harus ditulis dengan huruf kapital. Berikut contohnya: Sayap-Sayap Kenangan Cinta, Kehidupan Si Kupu-Kupu Malam, Kecil-Kecil Jadi Manten, Buku-Buku Sang Idola.

2. Kata Ulang Sebagian, Berimbuhan, Dwipurwa, dan Sebagainya

Aturan kedua adalah untuk kata ulang yang mengalami perubahan bentuk, seperti kata ulang sebagian, berimbuhan, dwipurwa, dan kata ulang lain yang bentuknya berubah. Dalam penulisan judul buku, kata pertama ditulis dengan huruf kapital, sedangkan kata kedua ditulis dengan huruf kecil.

Jadi, huruf kapital digunakan untuk huruf pertama kata pertama, sedangkan kata kedua tetap ditulis dengan huruf kecil. Contohnya: Gerak-gerik Cinta Tak Biasa, Tinggal di Negeri Antah-berantah, Untaian Mutiara yang Tercerai-berai, Cinta Kasih yang Luluh-lantah, Berjalan-jalan di Surabaya.

Penjelasan di atas memudahkan penulisan judul buku yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Mungkin ada pertanyaan mengapa judul buku harus mengikuti aturan penulisan? Padahal, judul buku bisa menjadi hasil kreativitas penulis.

Rekomendasi  Diferensiasi Sosial Pengertian, Ciri-Ciri, Contoh Dll (Lengkap)

Jawabannya sederhana, yaitu untuk memastikan keseragaman judul buku di Indonesia. Hal ini penting agar setiap karya tampil dengan baik dan menarik, serta menunjukkan perhatian terhadap sastra di Indonesia.

Selain itu, aturan penulisan judul membantu penulis dalam menulis judul bukunya. Dengan adanya aturan, penulis tidak perlu bingung tentang struktur dan bentuk judul yang harus ditulis. Semua aturan telah ditetapkan dengan sederhana agar dapat diterapkan dengan mudah.

Dengan adanya aturan tersebut, penulis tidak akan menghadapi kesulitan dalam menulis judul karya mereka. Selain itu, proses penulisan judul menjadi lebih cepat karena penulis dapat langsung menulis judul sesuai dengan ketentuan yang dijelaskan sebelumnya.

Bayangkan jika tidak ada aturan penulisan kata ulang pada judul buku atau aturan penulisan judul secara umum. Judul buku di toko buku akan tampak tidak seragam, tidak teratur, dan tidak menarik. Hal ini juga menunjukkan kurangnya perhatian terhadap sastra di Indonesia.

Para penulis juga akan menghadapi kesulitan dalam menulis judul buku mereka. Mereka akan bingung apakah judul harus ditulis dengan huruf kecil semua, huruf kapital semua, atau kombinasi keduanya secara acak.

Berikut adalah beberapa tips untuk menghindari kesalahan dalam penulisan judul buku:

1. Pahami Aturan Penulisan Judul

Pahami aturan penulisan judul sebelum menyusun judul buku. Tanpa memahami aturan ini, mudah untuk membuat kesalahan. Oleh karena itu, penting untuk mempelajari aturan penulisan buku yang baik sesuai dengan EYD. Setelah memahaminya, terapkan ilmu tersebut dalam penulisan judul buku untuk menghindari kesalahan.

2. Baca Ulang Judul

Baca ulang judul buku untuk memeriksa kesalahan susunan kata dalam judul tersebut. Periksa apakah struktur dan bentuk judul sudah sesuai dengan aturan. Setelah belajar, penting untuk memastikan bahwa judul buku sudah benar sesuai dengan aturan penulisan judul yang dijelaskan sebelumnya. Jadi, jangan malas untuk membaca ulang judul buku yang telah disusun.

3. Minta Koreksi dari Orang Lain atau Ahli

Setelah memeriksa sendiri, mintalah koreksi dari orang lain, terutama orang terdekat yang memahami aturan penulisan judul buku dan penulisan kata ulang pada judul buku. Koreksi ini sama pentingnya dengan pemeriksaan isi naskah buku secara keseluruhan. Koreksi dari orang lain membantu memastikan bahwa judul buku tidak hanya sesuai dengan aturan, tetapi juga menarik.

4. Membaca Buku Lebih Banyak

Membaca lebih banyak buku membantu penulis menjadi lebih fasih dalam menulis judul buku dan memastikan judul buku sesuai dengan aturan. Dari bacaan, penulis dapat menemukan judul-judul menarik yang telah sesuai dengan aturan. Melalui langkah ini, penulis dapat memahami kata-kata yang harus ditulis dengan huruf kecil dan kata-kata mana yang harus ditulis dengan huruf besar dalam judul. Dengan sering membaca judul buku dari berbagai karya penulis, penulis akan menjadi lebih terampil dalam menulis judul buku yang sesuai dengan aturan yang ada.

1. Kata Ulang Murni dan Semu

Kata ulang murni dan kata ulang semu merupakan jenis kata ulang di mana setiap katanya murni diulang. Dalam penulisan judul buku, huruf pertama setiap kata harus ditulis dengan huruf kapital.

Jadi, setiap kali menggunakan kata ulang yang tidak mengalami perubahan bentuk, huruf pertama kata tersebut harus ditulis dengan huruf kapital. Berikut contohnya: Sayap-Sayap Kenangan Cinta, Kehidupan Si Kupu-Kupu Malam, Kecil-Kecil Jadi Manten, Buku-Buku Sang Idola.

2. Kata Ulang Sebagian, Berimbuhan, Dwipurwa, dan Sebagainya

Aturan kedua adalah untuk kata ulang yang mengalami perubahan bentuk, seperti kata ulang sebagian, berimbuhan, dwipurwa, dan kata ulang lain yang bentuknya berubah. Dalam penulisan judul buku, kata pertama ditulis dengan huruf kapital, sedangkan kata kedua ditulis dengan huruf kecil.

Jadi, huruf kapital digunakan untuk huruf pertama kata pertama, sedangkan kata kedua tetap ditulis dengan huruf kecil. Contohnya: Gerak-gerik Cinta Tak Biasa, Tinggal di Negeri Antah-berantah, Untaian Mutiara yang Tercerai-berai, Cinta Kasih yang Luluh-lantah, Berjalan-jalan di Surabaya.

Penjelasan di atas memudahkan penulisan judul buku yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Mungkin ada pertanyaan mengapa judul buku harus mengikuti aturan penulisan? Padahal, judul buku bisa menjadi hasil kreativitas penulis.

Jawabannya sederhana, yaitu untuk memastikan keseragaman judul buku di Indonesia. Hal ini penting agar setiap karya tampil dengan baik dan menarik, serta menunjukkan perhatian terhadap sastra di Indonesia.

Selain itu, aturan penulisan judul membantu penulis dalam menulis judul bukunya. Dengan adanya aturan, penulis tidak perlu bingung tentang struktur dan bentuk judul yang harus ditulis. Semua aturan telah ditetapkan dengan sederhana agar dapat diterapkan dengan mudah.

Dengan adanya aturan tersebut, penulis tidak akan menghadapi kesulitan dalam menulis judul karya mereka. Selain itu, proses penulisan judul menjadi lebih cepat karena penulis dapat langsung menulis judul sesuai dengan ketentuan yang dijelaskan sebelumnya.

Bayangkan jika tidak ada aturan penulisan kata ulang pada judul buku atau aturan penulisan judul secara umum. Judul buku di toko buku akan tampak tidak seragam, tidak teratur, dan tidak menarik. Hal ini juga menunjukkan kurangnya perhatian terhadap sastra di Indonesia.

Rekomendasi  Pengertian dan Jenis Saklar Listrik, Penting diketahui

Para penulis juga akan menghadapi kesulitan dalam menulis judul buku mereka. Mereka akan bingung apakah judul harus ditulis dengan huruf kecil semua, huruf kapital semua, atau kombinasi keduanya secara acak.

Berikut adalah beberapa tips untuk menghindari kesalahan dalam penulisan judul buku:

1. Pahami Aturan Penulisan Judul

Pahami aturan penulisan judul sebelum menyusun judul buku. Tanpa memahami aturan ini, mudah untuk membuat kesalahan. Oleh karena itu, penting untuk mempelajari aturan penulisan buku yang baik sesuai dengan EYD. Setelah memahaminya, terapkan ilmu tersebut dalam penulisan judul buku untuk menghindari kesalahan.

2. Baca Ulang Judul

Baca ulang judul buku untuk memeriksa kesalahan susunan kata dalam judul tersebut. Periksa apakah struktur dan bentuk judul sudah sesuai dengan aturan. Setelah belajar, penting untuk memastikan bahwa judul buku sudah benar sesuai dengan aturan penulisan judul yang dijelaskan sebelumnya. Jadi, jangan malas untuk membaca ulang judul buku yang telah disusun.

3. Minta Koreksi dari Orang Lain atau Ahli

Setelah memeriksa sendiri, mintalah koreksi dari orang lain, terutama orang terdekat yang memahami aturan penulisan judul buku dan penulisan kata ulang pada judul buku. Koreksi ini sama pentingnya dengan pemeriksaan isi naskah buku secara keseluruhan. Koreksi dari orang lain membantu memastikan bahwa judul buku tidak hanya sesuai dengan aturan, tetapi juga menarik.

4. Membaca Buku Lebih Banyak

Membaca lebih banyak buku membantu penulis menjadi lebih fasih dalam menulis judul buku dan memastikan judul buku sesuai dengan aturan. Dari bacaan, penulis dapat menemukan judul-judul menarik yang telah sesuai dengan aturan. Melalui langkah ini, penulis dapat memahami kata-kata yang harus ditulis dengan huruf kecil dan kata-kata mana yang harus ditulis dengan huruf besar dalam judul. Dengan sering membaca judul buku dari berbagai karya penulis, penulis akan menjadi lebih terampil dalam menulis judul buku yang sesuai dengan aturan yang ada.

1. Kata Ulang Murni dan Semu

Kata ulang murni dan kata ulang semu merupakan jenis kata ulang di mana setiap katanya murni diulang. Dalam penulisan judul buku, huruf pertama setiap kata harus ditulis dengan huruf kapital.

Jadi, setiap kali menggunakan kata ulang yang tidak mengalami perubahan bentuk, huruf pertama kata tersebut harus ditulis dengan huruf kapital. Berikut contohnya: Sayap-Sayap Kenangan Cinta, Kehidupan Si Kupu-Kupu Malam, Kecil-Kecil Jadi Manten, Buku-Buku Sang Idola.

2. Kata Ulang Sebagian, Berimbuhan, Dwipurwa, dan Sebagainya

Aturan kedua adalah untuk kata ulang yang mengalami perubahan bentuk, seperti kata ulang sebagian, berimbuhan, dwipurwa, dan kata ulang lain yang bentuknya berubah. Dalam penulisan judul buku, kata pertama ditulis dengan huruf kapital, sedangkan kata kedua ditulis dengan huruf kecil.

Jadi, huruf kapital digunakan untuk huruf pertama kata pertama, sedangkan kata kedua tetap ditulis dengan huruf kecil. Contohnya: Gerak-gerik Cinta Tak Biasa, Tinggal di Negeri Antah-berantah, Untaian Mutiara yang Tercerai-berai, Cinta Kasih yang Luluh-lantah, Berjalan-jalan di Surabaya.

Penjelasan di atas memudahkan penulisan judul buku yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Mungkin ada pertanyaan mengapa judul buku harus mengikuti aturan penulisan? Padahal, judul buku bisa menjadi hasil kreativitas penulis.

Jawabannya sederhana, yaitu untuk memastikan keseragaman judul buku di Indonesia. Hal ini penting agar setiap karya tampil dengan baik dan menarik, serta menunjukkan perhatian terhadap sastra di Indonesia.

Selain itu, aturan penulisan judul membantu penulis dalam menulis judul bukunya. Dengan adanya aturan, penulis tidak perlu bingung tentang struktur dan bentuk judul yang harus ditulis. Semua aturan telah ditetapkan dengan sederhana agar dapat diterapkan dengan mudah.

Dengan adanya aturan tersebut, penulis tidak akan menghadapi kesulitan dalam menulis judul karya mereka. Selain itu, proses penulisan judul menjadi lebih cepat karena penulis dapat langsung menulis judul sesuai dengan ketentuan yang dijelaskan sebelumnya.

Bayangkan jika tidak ada aturan penulisan kata ulang pada judul buku atau aturan penulisan judul secara umum. Judul buku di toko buku akan tampak tidak seragam, tidak teratur, dan tidak menarik. Hal ini juga menunjukkan kurangnya perhatian terhadap sastra di Indonesia.

Para penulis juga akan menghadapi kesulitan dalam menulis judul buku mereka. Mereka akan bingung apakah judul harus ditulis dengan huruf kecil semua, huruf kapital semua, atau kombinasi keduanya secara acak.

Berikut adalah beberapa tips untuk menghindari kesalahan dalam penulisan judul buku:

1. Pahami Aturan Penulisan Judul

Pahami aturan penulisan judul sebelum menyusun judul buku. Tanpa memahami aturan ini, mudah untuk membuat kesalahan. Oleh karena itu, penting untuk mempelajari aturan penulisan buku yang baik sesuai dengan EYD. Setelah memahaminya, terapkan ilmu tersebut dalam penulisan judul buku untuk menghindari kesalahan.

2. Baca Ulang Judul

Baca ulang judul buku untuk memeriksa kesalahan susunan kata dalam judul tersebut. Periksa apakah struktur dan bentuk judul sudah sesuai dengan aturan. Setelah belajar, penting untuk memastikan bahwa judul buku sudah benar sesuai dengan aturan penulisan judul yang dijelaskan sebelumnya. Jadi, jangan malas untuk membaca ulang judul buku yang telah disusun.

3. Minta Koreksi dari Orang Lain atau Ahli

Setelah memeriksa sendiri, mintalah koreksi dari orang lain, terutama orang terdekat yang memahami aturan penulisan judul buku dan penulisan kata ulang pada judul buku. Koreksi ini sama pentingnya dengan pemeriksaan isi naskah buku secara keseluruhan. Koreksi dari orang lain membantu memastikan bahwa judul buku tidak hanya sesuai dengan aturan, tetapi juga menarik.

4. Membaca Buku Lebih Banyak

Membaca lebih banyak buku membantu penulis menjadi lebih fasih dalam menulis judul buku dan memastikan judul buku sesuai dengan aturan. Dari bacaan, penulis dapat menemukan judul-judul menarik yang telah sesuai dengan aturan. Melalui langkah ini, penulis dapat memahami kata-kata yang harus ditulis dengan huruf kecil dan kata-kata mana yang harus ditulis dengan huruf besar dalam judul. Dengan sering membaca judul buku dari berbagai karya penulis, penulis akan menjadi lebih terampil dalam menulis judul buku yang sesuai dengan aturan yang ada.