Penerapan blended learning akan semakin mudah jika memahami dulu sintak blended learning atau metode pembelajaran campuran. Sintak atau tahapan di dalam penerapan blended learning menjadi dasar untuk menjalankan metode pembelajaran ini dengan baik dan benar.
Adapun sintak ini memang antara satu institusi pendidikan dengan yang lainnya akan berbeda-beda. Sebab, blended learning sendiri memiliki beberapa jenis dan bisa dipilih salah satunya. Namun, adakah sintak yang sifatnya umum sehingga tepat untuk diterapkan?
Mengenal Metode Pembelajaran Blended Learning
Saat membahas mengenai sintak blended learning maka akan diawali dengan pembahasan mengenai definisinya. Beberapa ahli memberikan pandangan mengenai definisi dari blended learning, berikut beberapa diantaranya:
a. Graham
Menurut Graham, blended learning adalah sebuah pembelajaran yang memadukan antara pembelajaran online dengan offline atau tradisional.
Sehingga, pada dasarnya diterapkan metode pembelajaran tradisional atau konvensional. Dimana pendidik akan menjadi pusat pembelajaran dan peserta didik akan menyimak, hanya saja diterapkan secara online sehingga lebih modern.
b. Mosa
Ahli kedua adalah Mosa. Mosa berpendapat bahwa blended learning merupakan perpaduan antara dua unsur utama. Kedua unsur tersebut yaitu belajar di kelas dan bersifat online, atau pembelajaran dengan memanfaatkan jaringan internet berbasis website.
c. Dwiyogo
Terakhir adalah pendapat dar Dwiyogo. Menurut Dwiyogo, blended learning adalah pembelajaran yang sifatnya gabungan atau campuran. Metode ini hadir dengan mencampurkan.
Campuran antara pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran yang berbasis teknologi. Sehingga sangat cocok diterapkan di era sekarang dimana teknologi semakin maju dan diakses oleh masyarakat luas.
Dari definisi yang disampaikan para ahli tersebut maka bisa ditarik kesimpulan bahwa blended learning adalah metode pembelajaran campuran antara online dan offline dimana penerapannya dilakukan secara bergantian.
Misalnya dalam seminggu ada 6 hari masuk ke kampus untuk mengikuti perkuliahan. Maka blended learning bisa saja 3 hari diterapkan pembelajaran online dan sisanya offline. Blended learning memiliki jenis yang beragam sehingga bisa dipilih salah satunya oleh kampus.
Sintak Model Blended Learning
Kemudian untuk sintak blended learning sendiri, ternyata ada beberapa ahli yang mengemukakan pendapatnya. Sehingga, sintak atau tahapan penerapan yang bisa dipilih institusi pendidikan cukup beragam juga. Berikut penjelasannya:
Nokman (2018: 108)
Menurut Nokman, penerapan blended learning memiliki 8 (delapan) tahapan, yaitu prepare me, tell me, show me, check me, support me, coach me, dan connect me.
Artinya tahapan dimulai dari tahap persiapan pelaksanaan, kemudian memberikan bahan pembelajaran berisi materi, lalu dijelaskan oleh pendidik, melakukan pengecekan oleh pendidik, pendidik memberi dukungan, pendidik memberi bimbingan, dan diakhiri dengan adanya hubungan antara pendidik dan peserta didik.
Marlina (2020)
Sintak blended learning berikutnya dipaparkan oleh Marlina, dimana dijelaskan ada 3 tahapan, yaitu:
- Pembelajaran diawali dengan tatap muka atau seluruhnya daring.
- Memberi instruksi kepada siswa agar mengeksplorasi informasi dari berbagai sumber belajar di internet.
- Siswa dapat mengerti serta menerapkan, mengomunikasikan ilmunya lalu membuat simpulan suatu gagasan atas sumber yang telah mereka temukan dengan menggunakan teknologi internet.
Dari pandangan dua ahli tersebut terkait sintak blended learning maka bisa ditarik kesimpulan. Adapun sintak model pembelajaran blended learning yaitu:
1. Menentukan Model Sistem Pembelajaran
Tahap pertama adalah menentukan model sistem pembelajaran, apakah akan dilakukan online atau offline. Secara umum institusi pendidikan di Indonesia yang menentukannya sehingga diatur jadwalnya untuk diikuti pendidik dan peserta didik.
2. Siswa Mendapat Materi dan Dipelajari
Tahap kedua adalah pendidik yang akan mengirimkan bahan pembelajaran, misalnya mengirimkan modul dalam format PDF. Bisa dibagikan melalui WhatsApp, email, atau sesuai kebijakan institusi pendidikan. Setelahnya harus dipelajari dulu sebelum pembelajaran dimulai.
3. Pembelajaran Diawali dengan Aplikasi Video Konferensi
Tahap yang ketiga adalah mengawali pembelajaran menggunakan aplikasi online (jika dibuka dengan kelas online dulu). Kemudian dilakukan absensi sebagaimana biasanya. Begitu juga jika pertemuan pertama dilakukan offline.
4. Terjadi Interaksi Antara Pendidik dan Peserta Didik
Tahap berikutnya dalam sintak blended learning adalah proses penyampaian materi. Dalam proses ini akan ada interaksi antara pendidik dan peserta didik. Sehingga ada kesempatan bagi peserta didik bertanya dan dijelaskan oleh pendidik.
5. Peserta Didik Menarik Kesimpulan Pembelajaran
Tahap berikutnya adalah penarikan kesimpulan hasil pembelajaran yang dilakukan peserta didik. Jadi, selama pembelajaran berlangsung penting untuk aktif mencatat dan memiliki ringkasan penjelasan materi dari pendidik.
6. Pendidik Melakukan Evaluasi Hasil Pembelajaran
Terakhir adalah tahap dimana pendidik akan melakukan evaluasi hasil pembelajaran. Misalnya dengan memberi tugas harian baik individu maupun kelompok kemudian diperiksa hasilnya oleh pendidik.
Tantangan Menerapkan Metode Blended Learning
Meskipun menjadi solusi dari kegiatan pembelajaran di era sekarang, sehingga memberi fleksibilitas dan melibatkan teknologi. Akan tetapi sintak blended learning diketahui berhadapan dengan sejumlah tantangan, seperti:
1. Bergantung pada Teknologi
Tantangan blended learning yang pertama adalah bergantung pada teknologi. Hal ini menjadi tantangan karena teknologi tidak selalu dipahami pengguna dan tidak selalu mendukung, karena bisa eror kapan saja.
Saat pembelajaran daring atau online diterapkan maka akan membutuhkan dukungan perangkat. Bagaimana jika mendadak rusak, error, tidak bisa terhubung ke internet, dan lain-lain? Maka pembelajaran tidak bisa diikuti atau dilaksanakan.
2. Butuh Penguasaan Teknologi
Tantangan kedua adalah masih dibutuhkannya penguasaan teknologi, dimana belum semua pendidik maupun peserta didik memilikinya. Kenapa? Aktualnya tidak semua pendidik, baik guru maupun dosen melek gadget dan aplikasi edukasi.
Begitu juga dengan peserta didik, ditambah dengan adanya pemahaman minim mengenai sumber pembelajaran, jenis materi, pembuatan materi berbasis digital, dan sebagainya. Hal-hal ini tentu menjadikan blended learning tidak selalu mudah untuk diterapkan.
3. Tingginya Distraksi
Penerapan blended learning harus diakui masih berhadapan dengan distraksi yang cukup tinggi. Terutama saat pembelajaran online. Ketika di rumah tentu sulit untuk menghilangkan distraksi.
Apalagi suasana lebih santai dan nyaman karena di rumah sendiri. Selain itu, ketika beralih dari pembelajaran online ke offline dalam satu minggu sesuai jadwal. Tidak sedikit yang kesulitan untuk beradaptasi dengan perubahan suasana dan aspek lainnya.
4. Mindset yang Masih Kolot
Tantangan lainnya adalah perkara mindset. Jadi, mayoritas masyarakat di Indonesia masih punya mindset pembelajaran tradisional adalah yang terbaik. Misalnya lebih suka metode ceramah, merasa lebih efektif bertemu langsung dengan guru.
Mindset ini yang membuat blended learning sulit untuk berkembang dan sukses mencapai tujuan pembelajaran. Maka perubahan mindset sangat penting dan dilakukan massal. Misalnya dengan melakukan sosialisasi yang dilakukan secara kontinu.
Tantangan yang muncul dari penerapan sintak blended learning memang menjadi perhatian banyak pihak. Penerapannya masih susah untuk wilayah pedalaman yang tentu perlu solusi yang tepat agar kegiatan pembelajaran modern ini bisa diakses seluruh masyarakat Indonesia.